Wow, Bos Gojek Ditunjuk jadi Kemdikbud. Apa Dampaknya bagi Pendidikan Indonesia?
Baru-baru ini, Presiden Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di dalam kabinetnya untuk lima tahun ke depan (jika lancar). Kira-kira, dinamika apa yang akan terjadi di dalam dunia pendidikan Indonesia ya?
Oke, saya akan coba menyusun asumsi-asumsi pribadi. Asumsi yang dibuat merupakan asumsi kasar, dalam artian apa yang dilihat secara kasat mata terhadap sosok Nadiem. Ingat ini hanya asumsi personal saya dan bukan ditujukan sebagai upaya untuk membangun persepsi massa dan sebagainya. Di zaman seperti ini, disclaimer (pernyataan) harus di buat terlebih dahulu di awal mengingat sering terjadi hal yang iya-iya. Wkwkwk.
Okeh, kembali ke Nadiem lagi. Major education Nadiem adalah Bisnis dari Universitas Harvard. Jadi, segala sesuatu yang berkaitan dengan bisnis dan kapitalisasinya adalah hal yang biasa baginya. Kampus Harvard sendiri menunjukkan bahwa komunikasi skala global merupakan kompetensi standar bagi yang bersangkutan.
Berikut ini adalah asumsi-asumsi gebrakan yang akan dilakukan oleh Nadiem Makarim di bidang pendidikan.
- Efisiensi
Pengiritan sumber daya (efisiensi) tentunya merupakan prioritas bagi setipa usaha agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan liputan yang dilakukan oleh detik.com tahun 2017 akhir, mayoritas anggaran pendidikan dihabiskan untuk membayar gaji guru. Efisiensi yang mungkin dilakukan adalah memangkas tunjangan gaji atau memensiunkan SDM yang berkinerja buruk. Langkah ini mungkin akan banyak mendapat resistensi, tapi sekali lagi, di zaman ini apapun bisa dilakukan. Selain di tingkat fungsional, di level struktural pun akan dihajar oleh Nadiem. Merger jabatan merupakan kelaziman untuk meningkatkan efektifitas, sekaligus meminimalisasi pengeluaran para pejabat eselon. - Inovasi Teknologi
Setelah melakukan efisiensi, langkah selanjutnya adalah menerapkan berbagai inovasi di bidang pendidikan. Memensiunkan banyak guru akan berdampak pada hilangnya banyak tenaga pengajar di berbagai lembaga pendidikan formal. Di sinilah celah inovasi akan digunakan, pembelajaran jarak jauh akan digunakan untuk mengatasi hal tersebut (pembelajaran berbasis internet, e-seminar, video tutorial, Microsoft Kinect, dan sebagainya). Di sini lowongan kerja pembuatan content di bidang pendidikan dan pakar teknologi edukasi akan banyak dibutuhkan. - Pengembangan Infrastruktur
Untuk melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi secara tepat, infrastruktur penunjang pun harus dipersiapkan. Peningkatan teknologi akan dilakukan di berbagai sekolah. Yang pasti, sambungan langsung internet antar-sekolah akan dikejar oleh Nadiem. Tidak hanya dari segi sarana dan prasarana, SDM pun harus dipersiapkan sebaik mungkin. Profesi guru mungkin akan dikurangi, tapi profesi laboran akan mendapat tambahan porsi. Harus ada orang-orang yang dapat mengelola dan memelihara berbagai infrastruktur yang sudah diberikan ke sekolah-sekolah. - Scaling and Capitalization
Masih bingung untuk soal ini. Bisa jadi pendidikan akan menjadi murah atau gratis di Indonesia. Namun, para murid akan menjadi aset berharga bagi Nadiem. Ia akan mendapat banyak big data mengenai gaya hidup dan kebiasaan para murid. Selanjutnya, upaya memonetisasi big data tersebut akan dilakukan agar Kementerian bisa mendapat uang (dengan asumsi background bisnismen yang dimiliki Nadiem). Bisa dengan melibatkan pihak ketiga atau diolah sendiri menjadi hal lain. Siswa dengan latar belakang keluarga kaya akan mendapat opsi akses premium atau juga berbagai benefit, seperti SKS tambahan, program akselerasi ala-ala digital, e-sertifikat, dan sebagainya.
Okeh, kira-kira segini dulu yang bisa saya tulis. Mungkin Anda bisa memberikan tambahan dan koreksi lebih lanjut. Ingat ini hanya asumsi personal saya dan bukan ditujukan sebagai upaya untuk membangun persepsi massa dan sebagainya. Saya ulang sekali lagi pernyataan saya sebelumnya, wkwk.
Comments
Post a Comment