Setahun Nggak Lihat Matahari

31 Desember 2019, pukul 14.00 WIB, matahari bersinar cukup terik. “Wah jadi nih tahun baruannya”, gumam saya dalam hati. Suasana cukup ramai. Di sepanjang jalan, para pedagang arang dan panggangan dadakan bermunculan di trotoar jalan.

Segera saya lajukan kembali si Pulsar dengan cepat. Saya ingin cepat-cepat pulang ke rumah, soalnya hati saya badan saya cukup lelah setelah seharian mondar-mandir di bengkel motor. Sebenarnya saya tidak ngapa-ngapain, tapi melihat montir membetulkan motor saya saja, saya jadi ikut-ikutan lelah.

bajaj pulsar speedometer

Sebelum sampai ke rumah, saya sempat mampir ke warung soto di depan Kantor Kelurahan Sukapura. Lumayan nemu tukang soto ayam enak di sana. Ada menu daging isian yang bisa ditambah ke dalam kuah soto seharga 5000 rupiah (okeh ini bookmark).

Sampai di rumah, tepat pukul 15.13 WIB, suasana tiba-tiba berubah menjadi mendung. “Ya Allah, semoga malam ini hujan. Malam ini saya mau tidur lelap tanpa gangguan suasana petasan”, gumam saya lagi dalam hati.

Tahun baruan identik dengan bahagia-bahagia. Orang meniup terompet, ketawa-ketawa, ledakan petasan, dan pernak-pernik bahagia-bahagia lainnya. Saat ini saya sedang tidak bahagia dan euforia tahun baruan membuat saya menjadi ambyar (ini apa sih, bodo amat  😆 ).

Benar saja, tepat pukul 16.00 WIB, hujan turun rintik-rintik dan terus berlangsung sampai waktu Isya. Saya hampir berpikir bahwa doa saya terkabul. Namun ternyata pada sekitar pukul 20.00-an, hujan mulai berhenti. Sepertinya tahun baru-an bakal tetap berlangsung.

Berhubung cuaca sehabis hujan dan saya sudah tidak suka lagi hujan di Bulan Desember (apa lagi sih  🙄 ), saya memutuskan untuk tidur lebih cepat. Sebenarnya banyak teman yang bikin event bakar-bakar-an, tapi saya tidak diajak segan untuk keluar rumah karena jalanan masih becek.

Upaya tidur saya semakin lancar manakala pukul 22.00 WIB, hujan turun kembali dengan intensitas yang lumayan besar. Posisi sudah goler-goleran di kasur dan suasana hujan membuat gravitasi kasur meningkat ribuan kali lipat.

Sebelum tidur, saya punya ritual menyetel suara hujan dari Youtube yang dimainkan di HP. Semacam terapi supaya lekas tidur karena mendengar suara hujan dan memang manjur buat saya. Dan kalau dilihat dari judul-judul video suara hujan yang ada di Youtube, selalu ada kata therapy, for sleeping, dsb.

Lucunya, ketika di luar sedang hujan, saya masih reflek untuk menyetel suara air hujan juga. Pantas saja saya merasa seperti ada yang aneh. Akhirnya, saya pun tertidur ditemani dengan suara alami air hujan di luar rumah.

Comments

Popular posts from this blog

Status Teman di Medsos dan Adat Istiadat Selepas Lebaran

Judi Online dan Lesunya Ekonomi

Hihi, Masih Pakai Windows 7